Internet of Things (IoT) diprediksi akan menjadi “Next Big Thing” yang akan sangat drastis mengubah tata cara dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Dengan demikian, industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pun harus menyesuaikan tren perubahan ini.
Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara kala meresmikan Indonesia IoT Forum di sela-sela HUT ke-5 IndoTelko, Kamis (15/12/2016).
Menurut dia, dalam dunia IoT, teknologi informasi yang dulu hanya connecting people nantinya akan menghubungkan manusia dengan mesin atau mesin dengan mesin.
"IoT akan berkontribusi banyak dalam memudahkan kehidupan manusia dari sisi otomatisasi, tetapi juga harus diantisipasi dampaknya bahkan sampai langkah mitigasinya,” ungkap Rudiantara.
Mengutip data yang dikeluarkan IDC, Rudiantara mengatakan, secara bisnis potensi IoT di kawasan Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) lumayan menjanjikan.
Indonesia dalam data tersebut diprediksi akan menempati urutan keempat sebagai negara dengan belanja perangkat IoT terbesar di kawasan tersebut setelah Tiongkok, Korea Selatan, India, diikuti oleh Australia.
“Saya menyampaikan apresiasi atas terbentuknya forum ini agar bisa menjadi mitra diskusi bagi pemerintah dalam rangka menyiapkan strategi dan regulasi yang menjadi tuntutan IoT di Indonesia,” katanya.
Founder Indonesia IoT Forum Teguh Prasetya mengungkapkan, penetrasi internet sudah melebihi 51 persen dari populasi penduduknya.
Dengan jumlah sekitar 137 juta pengguna, diprediksikan akan memiliki perangkat IOT sebesar 1,2 kali populasi penduduk Indonesia pada tahun 2020.
Dijelaskannya, teknologi ini diwujudkan dalam spektrum ekosistem yang luas mulai dari produk sensor, jaringan, sistem manajemen, hingga aplikasi dan konten yang mengambil keuntungan dari kemajuan dalam dunia komputasi, miniaturisasi elektronik dan interkoneksi jaringan untuk menawarkan kemampuan baru yang sebelumnya tidak mungkin.
Pengembangan dan perluasan perangkat IOT dalam skala besar menjanjikan untuk mengubah banyak aspek dari cara hidup kita.
“Atas dasar inilah maka kita secara bersama-sama para anggota pendiri yang lain membentuk Indonesia IOT Forum, yang menyadari pentingnya edukasi yang secara mendasar akan berpengaruh besar terhadap perkembangan IOT di Indonesia,” katanya.
Forum ini diwakili oleh para penyedia sensor, penyedia jaringan dan gateway, penyedia platform manajemen dan penyedia aplikasi, hingga konten IOT bersama dengan akademisi, praktisi, regulator, komunitas pengguna, dan pemilik teknologi.
Indonesia IOT Forum mencoba untuk mengangkat isu-isu strategis dengan dimensi yang luas mulai dari tantangan yang ada di pengguna atau kekhawatiran konsumen, teknologi, kebijakan, standardisasi, bisnis, dan hukum.
IOT juga kemungkinan akan memiliki konsekuensi yang berbeda-beda di negara yang berbeda dan bervariasi implementasinya di setiap daerah.
“Kami telah menggandeng IndoTelko.com untuk penerbitan Buku All About IoT. Nantinya forum ini akan menggelar seminar, fokus group diskusi, training, pameran, hingga perlombaan dan kompetisi seputar inovasi IOT di Indonesia,” katanya.
Bangun ekosistem
Ketua Dewan Pembina IndoTelko Johnny Swandi Sjam menambahkan, saat ini IoT di Indonesia baru tahapan membangun konektivitas atau tataran paling dasar. Masih ada dua tahapan lain agar Indonesia dianggap full IoT, yakni analyticsdan otomotisasi.
Kondisi bisnis IoT yang masih baru menjadikan perlunya ada konsep Pentahelix Academician–Business–Community– Government-Media (ABCGM) mulai dijalankan.
Di konsep ini akademisi berperan sebagai konseptor, seperti melakukan standardisasi model bisnis, sertifikasi, dan lainnya.Business player sebagai enabler dengan menghadirkan infrastruktur ICT, media menjalankan peran sebagai expander, komunitas untuk akselerator, dan pemerintah sebagai regulator.
“Konsep ini bisa menghasilkan simfoni yang efisien, produktif, dan lingkungan sosial yang kompetitif melalui utilisasi ICT," kata dia.
Filosofi dari konsep ini adalah kita semua harus berjalan bersama membangun eksosistem IoT Indonesia karena ini perjalanan yang ditempuh jauh.
"Tak bisa satu komponen berjalan sendiri, ini bukan perjalanan dengan rute pendek, tetapi rute jauh yang membutuhkan stamina layaknya pelari maraton. Together we can be bigger, better, and broader,” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar